Kehidupan di Bumi mungkin berasal dari luar, menurut penelitian baru.

Simulasi
komputer menunjukkan bahwa rantai panjang mengandung ikatan
karbon-nitrogen bisa terbentuk selama kompresi cepat es komet. Pada
proses pemuaian, rantai panjang tersebut putus
dan membentuk kompleks-kompleks yang mengandung asam amino glisin yang merupakan pembangun protein.
dan membentuk kompleks-kompleks yang mengandung asam amino glisin yang merupakan pembangun protein.
Penelitian baru para ilmuwan di Laboratorium Nasional Lawrence Livermore
(LNLL) menunjukkan bahwa komet-komet yang menabrak Bumi jutaan tahun
yang lalu mungkin telah menghasilkan asam amino yang merupakan blok-blok
pembangun kehidupan. Asam amino sangat penting bagi kehidupan dan berfungsi sebagai blok-blok
pembangun protein yang merupakan rantai-rantai linier asam amino. Di edisi 12 September jurnal Nature Chemistry, Nir Goldman dari
LNLL dan para koleganya menemukan bahwa melekul-molekul yang ditemukan
pada komet-komet (seperti air, amonia, metanol dan karbon dioksida)
mungkin saja menjadi pendorong kehidupan di Bumi. Timnya menemukan bahwa
kompresi cepat dan pemanasan es komet yang menabrak Bumi bisa
menghasilkan kompleks-kompleks yang menyerupai asam amino glisina. Penelitian asal kehidupan pada mulanya memfokuskan pada produksi
asam-asam amino dari bahan-bahan organik yang sudah ada di Bumi. Namun,
penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kondisi atmosfer Bumi sebagian
besar terdiri dari karbon dioksida, nitrogen dan air. Eksperimen
pemanasan cepat dan berbagai perhitungan akhirnya membuktikan bahwa
sintesis molekul-molekul organik yang diperlukan untuk menghasilkan asam
amino tak akan terjadi pada tipe lingkungan ini. "Ada suatu kemungkinan bahwa produksi atau pengiriman molekul-molekul
prebiotik berasal dari sumber-sumber ekstraterestrial," kata Goldman.
"Pada keadaan awal Bumi, kita tahu bahwa ada pemboman dahsyat
komet-komet dan asteroid-asteroid yang membawa massa organik lebih besar dari yang mungkin sudah ada di Bumi." Komet-komet memiliki ukuran yang berbeda-beda mulai dari 1,6 km sampai
56 km. Komet-komet berukuran demikian yang melewati atmosfer Bumi
menjadi panas bagian luarnya tapi bagian dalamnya tetap dingin. Pada
saat bertabrakan dengan permukaan planet, gelombang getaran dihasilkan
karena kompresi mendadak.
Gelombang getaran bisa menghasilkan tekanan kuat dan suhu atau
temperatur dengan tiba-tiba yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam
komet sebelum berinteraksi dengan lingkungan planet. Konsensus publik
sebelumnya menyatakan bahwa pengiriman atau produksi asam amino dari
peristiwa-peristiwa tabrakan ini adalah mustahil karena pemanasan tinggi
(ribuan derajat Kelvin) dari tabrakan akan menghancurkan setiap
molekul-molekul yang berpotensi membangun kehidupan. (1 Kelvin sama
dengan 457 derajat Fahrenheit atau 236 derajat Celcius). Namun, Goldman dan para koleganya mempelajari bagaimana suatu tabrakan
di mana es ekstraterestrial menabrak planet dengan pukulan cepat bisa
menghasilkan temperatur yang lebih rendah. "Dalam situasi ini, bahan-bahan organik kemungkinan bisa disintesiskan
di bagian dalam komet selama kompresi cepat dan bertahan dari tekanan
dan temperatur tinggi," kata Goldman. "Begitu bahan yang terkompresi
memuai, asam-asam amino stabil bisa bertahan terhadap interaksi dengan
atmosfer planet atau lautan. Proses-proses ini bisa menghasilkan
konsentrasi-konsentrasi spesies-spesies organik prebiotik yang ada di
Bumi dari material-material yang berasal dari luar angkasa."Dengan menggunakan simulasi molekular dinamis, tim LNLL mempelajari
kompresi cepat dalam campuran es astrofisik prototipikal (mirip dengan
komet yang menabrak Bumi) pada tekanan dan temperatur ekstrim. Mereka
menemukan bahwa ketika material itu mengalami proses dekompresi,
asam-asam amino pembentuk protein sangat mungkin terbentuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar